Wednesday, November 15, 2006

puisi lagi..

Religi/KeTuhanan

Allah ku

Syukur
Saat ku bersungkur
Atas berkahMu
Dengan penuh syahdu
Walau tak kumengerti
Rencana ilahi
Tetapi ku yakin
Kesempurnaannya
Dalam batin
Ku berpasrah
Dikau maha segalanya
Kau beri ku suka cita
Sesama untuk tertawa
Bianglala untuk mega
Dalam sedu sedan ku memanggil
Dikau selalu hadir
Pendengar yang setia
Kunci setiap masalah
Setiap waktu pun
Aku milikMu

November 8, 2006
Puisi ini kembali kubuat atas tugas dari Pak Kasdi Haryanta, guru Bahasa Indonesia ku. Ini adalah tema tentang Tuhan.

Spirit Fight/Daya Juang

Sayap yang Patah

Ku bagai burung kecil
Di sebuah sarang mungil
Bermimpi dapat terbang
Bagai layang-layang
Seekor burung pun datang
Mengajariku melayang
Seketika matahari bersinar cerah
Aku bersiul ceria
Sayapku menguat
Tekadku bulat
Tetapi…
Belum sempat kucicipi
Terbang yang tinggi
Angin besar menghempas
Aku terjatuh
Terhempas ke tanah
Sayapku patah
Ia terbang menjauh
Hatiku perih
Aku marah
Untuk apa asa?
Bila akhirnya
Hancur yang terasa
Embun mata mengalir
Bagai tiada akhir
Lalu aku sadar
Nafasku masih berjalan
Aku mencari arah
Aku akan bertahan
Walau kaki menjejak tanah

November 6, 2006
Puisi yang satu ini kubuat dengan mengingat pengalamanku yang sangat menyedihkan saat akhir tahun ajaran kelas X. Dimana mimpiku sejak kecil hancur berkeping-keping begitu saja saat aku sama sekali tidak memiliki antisipasi untuk hal itu. terlebih lagi sebelum itu aku merasa mimpiku akan menjadi kenyataan. Well, itu mungkin berlebihan, tepatnya, aku merasa selangkah lebih maju mendekati mimpiku itu. aku sudah merasakan yang namanya terbang melayang, tetapi... tiba-tiba saja hancur berantakan. mungkin puisi ini menggambarkan dengan tepat semua perasaanku saat itu.

Saturday, November 11, 2006

Cinta Ilmiah

Cinta

Cinta Ilmiah
By: Vivienne

Orang Yunani percaya
Cupid adalah dewa cinta
membawa busur dan panah
Membuat hati terjatuh

Kini manusia
Lebih percaya ilmiah
Cinta hasil reaksi kimia
Dengan bantuan hormon
Mengaktifkan adrenalin
Mengacaukan logika
Canda bagai katalis
Doa adalah indikator
Bagai gravitasi menarik benda
Dikau menarik mata
Membiaskan cahaya
Memperindah mega
Pendaran asa
Seperti dorongan gaya
Tak tersubstitusi
Tak tereliminasi

Bila cinta tlah bersua
Bagai reaksi magnesium dan oksigen
Dalam pekat gulita
menghasilkan
Kilauan cahaya putih

November 8, 2006
Note:
puisi ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dari Pak Kasdi.
Aku hanya iseng saja ingin membuat puisi yang berbeda dari biasanya, lalu aku teringat pernah membaca sebuah karangan yang menggambarkan keadaannya dengan menggunakan istilah-istilah ilmiah dan hasilnya sangatlah menarik dan unik.
Walau harus membuka banyak buku referensi untuk mengerti apa maksudnya, tapi ternyata hal itu memberikan nilai intrinsik yang lebih dan cukup humoris.
Jadi aku hanya ingin mencobanya saja, dan ternyata memang lebih sulit daripada mengartikannya, karena terbukti aku harus membaca banyak referensi terlebih dahulu. hehe..
Well, tapi aku tidak menyesal dan ini pun menjadi puisi favoritku. hehe..
^-^

Sunday, November 5, 2006

Puisi Spontan

Cinta

By : Vivianne

ya,
kucinta engkau
wahai cinta
yang kemilau...

History:

Puisi ini dibuat secara spontan saat pelajaran berlangsung di sekolah. Saat itu kami baru saja selesai pelajaran Bahasa Indonesia dan membahas tentang puisi. Jadi, aku dan teman sebangku-ku, Christian Abednego, bercanda, dan dalam candaan itu kami membuat puisi, dan tersebutlah secara spontan olehku puisi singkat ini...
Setelah kupikir-pikir... boleh juga maknanya.
Sebuah rasa cinta kepada perasaan cinta itu sendiri, karena saat merasakan cinta, kita merasa bahagia, tanpa memandang siapa yang dicintai, perasaan cinta itu indah, sebuah ekspresi kepada rasa cinta itu sendiri.
Thanks to Mr. Kasdi Haryanta, guru Bahasa Indonesia kami...